Upaya Mardin Pertahankan Musik Kecapi

Mardin saat memainkan Alat Kecapi Di Sudut Kota Pulang Pisau


POSSINDO.COM, PULANG PISAU – Di tengah era modern saat ini, tentu banyak pilihan berbagai warna musik hiburan. Sehingga rasanya cukup sulit untuk menemukan orang yang mencintai kesenian lokal seperti Permainan Kecapi dan seni karungut, terlebih bisa mendapati pelaku yang piawai memainkannya.

Namun di Kota Pulang Pisau, ada sosok Mardin atau yang oleh banyak orang akrab disapa Mardin Guterez. Laki-laki 59 tahun ini yang sangat dikenal sebagai Penyanyi Karungut yang sekaligus piawai memetik dawai Kecapi, alat musik khas suku dayak Ngaju. Pria yang tidak tamat SD ini bahkan keseharian hidupnya hanya bergantung menjadi pengamen melalui karungut.

Setiap pagi, berbarengan dengan aktvitas  dimulai Mardin terlihat memainkan alat musik kecapi sambil sesekali menyanyikan karungut ciptaannya sendiri. Beberapa tempat rumah makan legendaris di Pulpis, seperti Candi Laras dan Rumah makan Ani menjadi tempat pangkalannya.

“Biasanya saya menyanyikan lagu Karuhei Tatau yang artinya pemikat rezeki. Lagu itu saya ciptakan dengan tujuan agar semua yang mendengar bisa terhibur kemudian bekerja dengan semangat hingga membuat rezeki lancar.  Dari setiap lagu yang dinyanyikan jika pendengar senang mereka boleh menyumbang sekedarnya, membagi rezeki di bakul rotan yang saya bawa. Kadang sehari bisa dapat 50 sampai 80 ribu,” tutur Mardin saat ditemui di halaman parkir rumah makan Ani kemarin.

Memilih tampil dari beberapa rumah makan, menurutnya karena cukup ramai dan menjadi pemberhentian bis dan mobil travel, setiap penumpang yang turun Mardin sengaja menyambut dengan lagu Karuhei tatau andalannya. Tidak jarang penumpang yang senang malah mengajaknya berfoto Selfi.

“Mereka biasanya justru lebih suka meminta berfoto ketimbang mendengar lagu-lagu karungut yang saya nyanyikan, mungkin karena berbahasa dayak jadinya tidak mengerti. Kalau senang biasanya dikasih uang, kadang juga diajak makan sama penumpang,” cerita Mardin, pria yang ternyata juga mengidap penyakit Hernia ini.

Kepada awak media ini, Mardin mengaku memilih mencari rezeki dijalanan dengan menyanyikan lagu-lagu karungut karena memang sudah mencintai kesenian karungut. Pernah dulu ia mencoba untuk berhenti dan bekerja ikut orang diperkebunan. Namun tidak bertahan lama, jiwa seninya terpanggil kembali untuk turun kejalan dan memetik tali-tali kecapi miliknya. Dirinya mengaku lebih 20 tahun sudah menyambung hidup dengan berkecapi dan Karungut.

“Dulu saya bisa memainkan kecapi ini hanya belajar sendiri dengan orang-orang tua dikampung. Suka sekali dengar syairnya, lalu pelan-pelan belajar hingga sampai sekarang jadi bisa. Bahkan tidak hanya bisa memainkan kecapi saja namun juga mampu membuatnya sendiri dari kayu-kayu yang tidak terpakai, meski bentuknya kasar,” tutur Mardin.

Kini diusianya yang tidak lagi muda, ia berharap suatu saat ada perhatian dari pemerintah untuk menampung orang-orang sepertinya melalui jalur kesenian. Misalkan saja kata Mardin adanya bangunan Taman Budaya , dengan begitu dirinya pun tidak akan lagi khawatir mencari tempat untuk bermain kecapi karena orang-orang akan sendirinya datang melihat permainannya.

“Selain itu anak-anak muda di Pulang Pisau ini juga semoga semakin mencintai kesenian daerah. Memainkan Kecapi, menyanyikan Karungut itu sebenarnya mudah sekali asalkan kita mau belajar. Memang cara terbaik untuk mempertankan kesenian saat ini adalah dengan menjadi pelaku seni itu sendiri,” tutur Mardin. (Sjy)

Editor : Hang Tuah

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال