![]() |
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana. Foto/Sekretariat Presiden |
POSSINDO.COM, Nasional - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan pihaknya telah menonaktifkan dapur Makan Bergizi Gratis (MBG), usai 214 siswa di Bogor mengalami keracunan.
Dia memastikan BGN melakukan evaluasi mendasar agar kejadian tersebut tak terulang kembali.
"BGN melakukan evaluasi mendasar. Sementara (dapur MBG di Bogor) non aktif," jelas Dadan kepada Liputan6.com, Selasa (13/5/2025).
Senada, Deputi Bidang Sistem Tata Kelola BGN Tigor Pangaribuan menegaskan, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) tersebut dinonaktifkan sementara sembari menunggu hasil evaluasi.
Untuk ia meminta Badan Gizi Nasional (BGN) untuk memperketat standar operasional prosedur (SOP) dan pengawasan terhadap penyediaan MBG di setiap SPPG. Hal ini agar kejadian serupa tidak kembali terulang.
"Jangan kemudian dianggap sepel. Ini betul-betul sesuatu kejadian serius, karena menyangkut anak-anak," ujar Dedie.
"SPPG dinonaktifkan sementara sambil menunggu evaluasi mendasar dan menyeluruh di SPPG tersebut," ungkap dia.
Sebelumnya, keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa ratusan siswa di Kota Bogor disebabkan bakteri Salmonella Typhosa dan E Coll.
Hal tersebut berdasarkan pemeriksaan Labkesda Kota Bogor terhadap sampel sisa makanan mulai dari nasi, tumis toge dan tahu serta telur ceplok saus barbeque.
"Tadi pagi pemeriksaan sampel dari Labkesda Kota Bogor keluar. Hasilnya ada kandungan bakteri E Coli dari sampel telur ceplok saus barbeque. Untuk bakteri Salmonella ada di tumis toge dan tahu," terang Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim, Senin (12/5/2025).
Hingga saat ini, pihaknya masih menunggu hasil sampel lainnya seperti air minum dan muntahan siswa yang kena gejala keracunan MBG dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Bosowa Bina Insani.
"Untuk pemeriksaan sampel lainnya seperti air minum dan muntahan dari tubuh siswa, hasilnya baru keluar sore ini.
Berdasarkan kesimpulan sementara bahwa telah terjadi pendistribusian makanan yang mengandung bakteri E Coli dan Salmonella oleh SPPG tersebut.
Untuk ia meminta Badan Gizi Nasional (BGN) untuk memperketat standar operasional prosedur (SOP) dan pengawasan terhadap penyediaan MBG di setiap SPPG. Hal ini agar kejadian serupa tidak kembali terulang.
"Jangan kemudian dianggap sepel. Ini betul-betul sesuatu kejadian serius, karena menyangkut anak-anak," ujar Dedie.
Sumber : liputan6.com