Shell
Dikabarkan Berencana Akuisisi BP. (Foto: Freepik)
POSSINDO.COM, Ekonomi – Shell
Plc (SHEL.L) dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk mengakuisisi pesaing
utamanya, BP Plc (BP.L). Mengutip sejumlah sumber yang mengetahui isu ini,
Shell disebut telah membahas secara serius kelayakan dan potensi manfaat
akuisisi tersebut bersama para penasihatnya dalam beberapa minggu terakhir.
Namun, mengutip laporan Reuters, Shell masih menanti momen
yang tepat, yaitu penurunan harga saham dan minyak lebih lanjut, sebelum
memutuskan untuk mengajukan penawaran resmi.
Menanggapi kabar tersebut, juru bicara Shell menyatakan
bahwa perusahaan saat ini tengah fokus menata internal mereka. “Kami harus
membereskan rumah kami sendiri karena masih ada banyak pekerjaan yang harus
diselesaikan, meskipun kemajuan sudah dicapai selama beberapa tahun terakhir,”
ujarnya.
Pernyataan senada disampaikan CEO Shell, Wael Sawan. Dalam
wawancara dengan Financial Times, ia mengungkapkan bahwa perusahaan
lebih memilih untuk melakukan pembelian kembali saham Shell ketimbang melakukan
ekspansi akuisisi dalam waktu dekat.
Sementara itu, pihak BP menolak memberikan komentar atas
rumor akuisisi ini.
Jika akuisisi tersebut benar terjadi, Shell diperkirakan
akan melipatgandakan skala dan kekuatannya di industri energi global.
Konsolidasi ini akan menjadikan Shell sebagai pesaing lebih tangguh terhadap
raksasa energi lain seperti ExxonMobil dan Chevron.
Namun, potensi penggabungan dua perusahaan besar ini
kemungkinan besar juga akan menghadapi pengawasan ketat dari otoritas regulasi,
mengingat besarnya nilai dan dampak kesepakatan tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, Shell dan BP memiliki ukuran
yang relatif sebanding. Namun kini, Shell telah melesat jauh dan hampir dua
kali lebih besar dari BP, dengan nilai pasar mencapai sekitar 149 miliar pound
sterling.
Di sisi lain, BP tengah berada di bawah tekanan untuk
meningkatkan profitabilitas dan melakukan efisiensi biaya. CEO BP, Murray
Auchincloss, sebelumnya telah mengumumkan rencana penjualan aset senilai US$20
miliar hingga tahun 2027, serta pengurangan pengeluaran dan program pembelian
kembali saham.
Sumber : cnnindonesia.com