Bandung Barat Darurat, Banyak Siswa Keracunan massal Usai Santap MBG

Siswa yang dirawat oleh tenaga medis usai keracunan MBG.Foto/Tribun Jabar/Rahmat Kurniawan

POSSINDO.COM, Nasional - Kabupaten Bandung Barat darurat keracunan akibat Makan Bergizi Gratis (MBG). Kecamatan Cipongkor menjadi daerah paling banyak kasus tersebut.

 peristiwa pertama yakni 70 orang siswa keracunan massal usai menyantap hidangan MBG.

Puluhan siswa yang mengalami keracunan tersebut berasal dari sekolah yang berbeda-beda; dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Kapolsek Sindangkerta Iptu Sholehuddin menyebut keracunan massal kali pertama diketahui pada Senin (22/9) pukul 11.00 WIB.

"Ada 70 orang kurang lebihnya," ungkap Sholehuddin

Gejala yang dialami para siswa adalah mual, muntah, pusing sampai dengan sesak. Para siswa yang mengalami keracunan pun harus mendapat penanganan medis.

"Sementara ditampung di Puskesmas Cipongkor. Namun, ada beberapa yang dirujuk ke RSUD Cililin," terang Sholehuddin.

Kabid Humas Polda Jawa Barat Kombes Pol Hendra Rochmawan mengungkapkan total korban keracunan hidangan MBG di Cipongkor sedikitnya ada 369 siswa.

Ratusan korban ditangani di sejumlah fasilitas kesehatan seperti di Puskesmas Cipongkor, Posko Kecamatan Cipongkor, RSUD Cililin, serta fasilitas kesehatan lainnya.

"Yang sudah membaik atau sudah pulang tercatat ada 257 orang," kata Hendra saat dikonfirmasi melalui pesan tertulis.

Pemerintah Kabupaten Bandung Barat lantas menetapkan kasus keracunan massal tersebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada Selasa (23/9).

Status tersebut ditetapkan saat Bupati Bandung Barat Jeje Ritchie Ismail mengunjungi posko penanganan siswa korban keracunan di Kantor Kecamatan Cipongkor.

"Jadi, sekarang juga kita sudah menetapkan statusnya KLB, Kejadian Luar Biasa, supaya penanganannya lebih cepat dan lebih menyeluruh," kata Jeje, Selasa (23/9).

Jeje berujar pemerintah daerah bersama instansi terkait tengah melakukan investigasi terhadap dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menghidangkan masakan MBG. Selama investigasi berlangsung, dapur SPPG di Kecamatan Cipongkor ditutup sementara.

"Karena mulai dari perizinan, kemudian standardisasi pengelolaan makanan itu harus kita cek. Kalau memang belum layak ya kita harus melakukan perbaikan, dan khusus untuk dapur di Cipongkor ini kita tutup dulu untuk kita investigasi," ucap dia.

Setidaknya terdapat 85 dapur yang ada di Kecamatan Cipongkor akan dievaluasi. Hal itu antara lain disebabkan seluruh dapur belum memiliki sertifikasi.

"Semuanya juga tetap kita lakukan evaluasi karena data yang saya dapat adalah 85 dapur memang masih belum memiliki sertifikasi sehat seperti itu. Yang kita setop ini yang di Cipongkor," ungkap Jeje.

Sumber:cnnindonesia.com

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال