Hana Cafe : Tempat Nongkrong Estetik dan Ramah Kantong di Pulang Pisau

Hana Cafe, Suguhan Kafe ala Jepang yang berada di Jalan Abel Gawei Rey 2 Pulang Pisau kini setiap harinya ramai dikunjungi warga setempat. Foto/ Andika

POSSINDO.COM, PULANG PISAU- Di tengah ramainya lalu lintas Jalan Abel Gawei Rey 2, berdiri sebuah kafe unik yang menarik perhatian siapa saja yang melintas. Desainnya sederhana, nuansanya hangat, dan namanya pun manis: Hana Cafe. Namun di balik estetikanya, tersimpan kisah inspiratif dari seorang ibu rumah tangga bernama Emeryani Mery, atau yang akrab disapa Mery, yang mengubah dapur rumahnya menjadi batu loncatan menuju mimpi yang lebih besar.

Berawal dari Dapur Rumah

Tak memiliki latar belakang bisnis atau pengalaman di dunia kuliner, Mery memulai semuanya dari rumah. Tahun 2021 menjadi titik awal, ketika ia mulai menjual pisang cokelat, martabak telur mini, hingga korean chicken ricebowl buatan sendiri. Apa yang awalnya hanya sekadar mengisi waktu sebagai ibu rumah tangga, lambat laun berubah menjadi keseriusan usaha.
Emeryani Mery Owner dari Hana Cafe. Foto/dika

“Saya cuma ingin mengisi waktu. Tapi ternyata saya senang saat orang suka makanan buatan saya,” kenangnya.

Didukung penuh oleh sang suami yang membantu di bagian manajemen, Mery perlahan membangun usahanya. Tahun 2023, ia memberanikan diri membuka kedai kecil di ruko Jalan Oberlin Meter. Langkah ini menjadi pembuka jalan menuju sesuatu yang lebih besar.

Kemudian dibulan November 2024, Mery dan suaminya resmi membuka Hana Cafe, sebuah kafe yang mengusung tema Japanese minimalism—gaya desain yang bersih, tenang, dan menenangkan. Pemilihan lokasi pun sangat strategis: di pinggir jalan dan dekat dengan rumah, memudahkan akses dan pengawasan.

Lahirnya Hana Cafe dengan Konsep Vibes Ala Jepang

Nama "Hana" diambil dari nama anak mereka, simbol cinta dan harapan masa depan. “Saya ingin kafe ini tumbuh seperti Hana, membawa kehangatan dan kebahagiaan,” ujar Mery dengan senyum lembut. Kafe ini tidak disewa, melainkan dibangun di atas tanah milik sendiri—capaian yang patut diapresiasi bagi pelaku UMKM yang memulai dari nol.

Konsep Kafe ala Jepang membuat Hana Caffe disukai banyak anak muda di Pulang Pisau. Foto/ Ist

Hana Cafe dirancang untuk menjadi lebih dari sekadar tempat makan. Dengan interior minimalis khas Jepang dan sentuhan estetik di tiap sudut, kafe ini menjadi tempat favorit anak muda untuk nongkrong, bekerja, atau sekadar foto-foto.

Harga makanan dan minuman di sini sangat ramah kantong, berkisar antara Rp10.000 hingga Rp25.000. Menu andalannya? Rice bowl dalam berbagai varian seperti bulgogi, ayam bawang, hingga korean chicky. Tak lupa juga kerupuk basah khas Sukamara dan varian kopi susu yang tak kalah menggoda.

Kafe ini juga melayani pengantaran, menjadikannya pilihan praktis di tengah kesibukan masyarakat sekitar.

Membangun Mimpi, Membagi Waktu

Bagi Mery, tantangan terbesarnya bukan soal menu atau desain tempat, melainkan soal membagi waktu antara rumah tangga dan usaha. “Saya masih ibu rumah tangga, tetap harus urus anak dan rumah. Tapi kalau dijalani dengan konsisten, semuanya bisa,” katanya.
Beberapa pengunjung di Hana Caffe nampak menikmati aneka camilan dan menu makanan kekinian yang ramah dikantong. Foto/Dika

Ia berharap Hana Cafe bisa terus berkembang dan menjadi ruang produktif bagi anak muda. “Saya ingin tempat ini jadi wadah. Bukan cuma makan dan minum, tapi tempat berkumpul, belajar, atau berkegiatan,” tambahnya.

Sebagai pelaku usaha perempuan, Mery ingin menyemangati ibu rumah tangga lain agar tak takut memulai usaha, sekecil apapun. “Mulailah dari yang ada. Dari dapur sendiri pun bisa. Kuncinya cuma satu: konsisten dan mau belajar,” ucapnya mantap.

Kepada pemerintah, Mery berharap ada lebih banyak dukungan nyata untuk pelaku UMKM, terutama dalam hal pemasaran dan kemudahan pajak. “Biar kami bisa fokus berkembang, bukan justru terbebani hal-hal teknis yang rumit,” harapnya.
Penutup

Hana Cafe bukan hanya tempat menjual makanan, melainkan hasil dari kerja keras, ketekunan, dan cinta seorang ibu kepada keluarganya—dan kepada mimpinya sendiri. Dari dapur rumah hingga ruang estetik yang ramai dikunjungi, kisah Hana Cafe mengajarkan bahwa mimpi bisa dimulai dari hal paling sederhana, asalkan dijalani dengan hati. (Lipsus)

Penulis : Andika
Editor : Dedy
Grafis : Rohit

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال