![]() |
Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Kuala kapuas Menggelar Pelatihan Kepemimpinan Tk Dasar dan Madya Yang diikuti oleh Sejumlah Mahasiswa dan anggota Dema. Foto/IST |
POSSINDO.COM, KAPUAS – Di tengah tuntutan zaman yang semakin kompleks, mahasiswa dituntut tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga mampu tampil sebagai pemimpin yang kritis dan visioner. Menyadari hal tersebut, Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Kuala Kapuas menggelar Pelatihan Kepemimpinan Tingkat Dasar dan Madya selama dua hari, 27–28 September 2025, bertempat di Ruang Auditorium STAI Kuala Kapuas.
Kegiatan yang diikuti oleh mahasiswa serta anggota DEMA ini menghadirkan narasumber dari berbagai unsur, mulai dari kalangan akademisi hingga birokrasi. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran bahwa kepemimpinan tidak hanya berhenti pada teori, tetapi juga harus menyentuh realitas praktik sosial dan pemerintahan.
Presiden Mahasiswa STAI Kuala Kapuas, Salma Fitria Salsabila, menegaskan bahwa pelatihan ini merupakan langkah strategis untuk menyiapkan kader mahasiswa yang memiliki keberanian bersuara, kecerdasan berpikir, dan kemampuan memimpin secara bertanggung jawab.
“Mahasiswa tidak boleh hanya menjadi penonton. Kita harus siap menjadi subjek perubahan, berani kritis namun tetap solutif. Pelatihan ini adalah salah satu upaya mematangkan kapasitas itu,” Ujar Salma
Selama pelaksanaan, peserta tidak hanya menerima materi seputar dasar kepemimpinan dan manajemen organisasi, tetapi juga diajak untuk mendiskusikan isu-isu aktual, baik dalam lingkup kampus maupun masyarakat. Diskusi kritis ini menjadi ruang uji bagi mahasiswa untuk berani menyampaikan gagasan dan mempertahankan argumentasi.
Di balik antusiasme pelatihan, terselip sebuah harapan besar: agar mahasiswa STAI Kuala Kapuas tidak hanya aktif di dalam forum formal, tetapi juga mampu mewujudkan nilai-nilai kepemimpinan di tengah masyarakat. Sebab, kepemimpinan sejati tidak diukur dari seberapa banyak teori yang dikuasai, melainkan sejauh mana keberanian mahasiswa dalam menghadapi realitas sosial yang penuh tantangan.
Dengan demikian, pelatihan ini bukan sekadar agenda rutin organisasi, tetapi momentum untuk meneguhkan kembali peran mahasiswa sebagai motor penggerak perubahan.(Lukman)