Suharti dan Lamang Jadul dari Pulang Pisau

Suharti, Pembuat makan Jadul "Lamang" yang masih mempertahankan cita rasa tradisional dalam pembuatannya. Foto/ Dika  

PULANG PISAU- Di sudut jalan utama Darung Bawan, tepatnya di Anjir Pulang Pisau kilometer 13. Setiap pagi menjelang siang akan tercium wangi khas dari asap kayu bakar halaban dan bau santan yang menguar dari bambu-bambu yang tersusun rapi di atas bara. Di sanalah, Ibu Suharti, perempuan berusia 58 tahun yang setia menjaga warisan kuliner yang sudah melewati tiga generasi: lamang, si makanan jadul (jaman dulku) yang makin langka namun tetap diminati.

Kepada jurnlias Possindo.com, Suharti begitu wanita paruh baya ini disapa -menceritakan bagaimana usaha dirinya yang masih sertia dengan mempertahankan makanan jadul. Bukan sedekar untuk menyambung hidup saja, namun upaya tetap menjaga warisan kuliner tradisional.

Tetap bertahan Menjaga Warisan

Untuk menghasilkan cita rasa gurih, diperlukan kesabaran dan tehnik dalam memasak lamang jadul. Foto/Dika

Sudah berjualan sejak puluhan tahun, suharti mengaku jika lamang yang ia buat merupakan resep warisan dari mertua yang juga diturunkan dari orang tua. Sehingga setiap prosesnya baik dari mencari bahan baku seperti ketan, santan, daun pisang hingga bilah bambu mesti sesuai dengan standar yang telah dijaga.

Begitu juga untuk bahan pendukungnya, untuk membakar adonan lamang selalu memakai arang dari kayu halaban. Jenis kayu tertentu yang dianggap punya daya tahan nyala bara api. Kemudian juga untuk daun pisang pembungkus ketan, harus menggunakan jenis daun yang pucuknya melengkung ke bawah. Karena ini kombinasi tersebut menurut pengalaman Suharti yang menentukan rasa dan tekstur lamang nantinya.

“ Jadi dari pemilihan bahan baku saja harus sesuai. Belum lagi resep lain dan cara mengolahnya mesti tetap terjaga. Karena ini makanan resep leluhur, bahkan usianya lebih tua dari berdirinya Kabupaten Pulang Pisau sendiri,” ujar Ibu Suharti sambil tersenyum.

Bahan sudah lengkap, menurutnya tantangan selanjutnya yaitu memasak dengan cara membakar. Selama kurang lebih tiga jam, bambu-bambu yang dibakar harus tetap dijaga agar matangnya merata. Bara tidak boleh terlalu menyala dan bilah bambu harus diputar bergantian untuk mebuat lamang bisa lebih gurih. Suharti juga menyebut jika saat bamboo mulai kering dan tercium aromanya gurih menandakan lamang sudah matang dan segera diangkat.

Konsisten Adalah Kunci

Untuk menjaga rasa dan kulitas, Suharti memastikan bahan baku berasal dari bahan berkualitas. salah satunya daun pisang pembungkus yang harus segar. Foto/Dika

Meski saat ini diakui Suharti mulai bermunculan aneka makanan baru dan kerap bergantian viral, namun tidak menjadi masalah baginya. Resep lamang yang ia pakai bukan hasil coba-coba dari YouTube atau kelas online, tapi warisan dari mertuanya. Sehingga dengan tetap konsisten menjaga resep, rasa lamang buatannya dilidah, menurutnya tidak akan pernah bohong.

“Saya tidak pernah massif mempromosikan lamang buatan saya, jualannya hanya dari mulut kemulut saja. Saya tahunya Cuma memasak saja tiap harinya. Tetapi alhamdulilah, hingga saat ini pesanan selalu ada, bahkan dalam hari-hari tertentu ada yang memesan dalam jumlah banyak,” ungkapnya.

Dikatakan Suharti dengan menjaga keseimbangan bumbu, bahan dan tehnik memasak yang konsisten maka lamangnya akan tetap ada dihati pelanggan. Bahkan ada pelanggannya yang rutin memesan meski tinggal di Kapuas atau Palangka raya.

Mulai Berinovasi untuk penuhi Keinginan Pelanggan

Mengolah beras ketan dengan proses yang hati-hati menjadi rahasia Suharti agar lamang buatannya tetap disukai pelanggan. Foto/Dika

Meski tetap setiap mempertahankan resep warisan, Suharti juga mengaku berupaya melakukan inovasi dalam usaha pembuatan lamangnya. Upaya tersebut yakni dengan menambah varian isi lamang. Sehingga selain lamang original juga tersedia varian rasa ayam dan isian telor asin.

“Selera selalu berubah, maka untuk memenuhi keinginan lidah pelanggan. Sekarang, selain membuat Lamang Original dengan rasa klasik, gurih dan legit yang ready setiap hari. Kami juga membuat lamang dengan rasa tambahan yaitu Lamang Isi Ayam Suwir, kombinasi ketan dan ayam suwir yang pedas manis dan Lamang Isi Telur Asin , sensasi gurih ketan ketemu asin telur,” ujarnya.

Untuk lamang isian tersebut menurut suharti akan dibuatkan sesuai dengan pesanan pelanggan, sehingga ikut menambah pemasukan usahanya. 

Untuk setiap harga lamang pun dipatok terjangkau mulai dari harga 40 ribu per bambu utuh dan juga tersedia harga 15 ribu per potong dalam kemasan mika (cocok buat oleh-oleh atau pesanan online)

Ingin Hadirkan Lamang dalam Sajian Kedinasan

Ibu Suharti menyimpan asa, agar kedepan lamang—makanan tradisional berbahan dasar ketan dan santan yang dimasak dalam bamboo, tidak punah ditelan zaman. Baginya, menjaga kelestarian lamang bukan hanya soal mempertahankan resep turun-temurun, tetapi juga memastikan adanya generasi penerus yang mau dan mampu membuatnya. Ia percaya, kelangsungan lamang bergantung pada banyak hal: mulai dari keaslian rasa, keberadaan para pelaku pembuat, hingga perhatian terhadap pasar dan kehadiran pembeli yang terus setia.

“Kalau tidak dijaga dari sekarang, bisa-bisa anak cucu kita nanti cuma dengar namanya saja,” ujarnya.

Dirinya berharap pemerintah melalui dinas terkait kedepannya bisa sesekali memesan lamang buatannya untuk dijadikan bagian dari sajian kuliner dalam acara-acara resmi atau festival budaya. Menurutnya, cara ini tidak hanya membantu pelaku usaha kecil sepertinya tetap bertahan, tetapi juga menjadi bentuk perhatian pada pelaku kuliner lokal seperti lamang lamang yang menjadi bagian penting dari identitas budaya daerah yang patut dilestarikan bersama. 

Nah Bagi pembaca yang penasaran Lamang Suhari bisa pesan langsung di Pemesanan: 0831-1651-9493

Penulis : Andika
Editor : Dedy
Grafis : Rohit

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال