
Ilustrasi BBM pada stasiun bahan bakar.Foto/TribunOtomotif.
POSSINDO.COM, Ekonomi
- PT Pertamina Patra Niaga mengungkapkan
adanya peralihan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dari jenis subsidi RON 90
atau Pertalite ke BBM non-subsidi. Fenomena ini terjadi menyusul meningkatnya
permintaan BBM jenis Pertamax Turbo.
Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo
mengatakan bahwa permintaan Pertamax Turbo meningkat sekitar 76%. Oleh sebab
itu, guna memenuhi kenaikan tersebut, pihaknya berupaya maksimal menambah
pasokan, baik yang berasal dari kilang maupun melalui impor.
"Jadi untuk Pertamax Turbo ini terjadi peningkatan
kurang lebih 76%, sehingga saat ini Pertamina secara maksimal mencoba menambah
pasokan baik itu dari kilang maupun dari impor," kata Mars Ega, dalam RDP
bersama Komisi XII DPR RI, dikutip Jumat (21/11/2025).
Sementara, permintaan bahan bakar minyak (BBM) jenis subsidi
seperti solar subsidi dan juga Pertalite mengalami penurunan hingga Oktober
2025. Hal ini imbas dari pembelian BBM subsidi dengan penggunaan QR Code.
Menurut Mars Ega, penurunan konsumsi BBM bersubsidi di
Indonesia dipengaruhi oleh faktor utama yakni kebijakan digitalisasi melalui
wajib QR code dalam pembelian BBM bersubsidi. Hal itu sudah dilakukan secara
keseluruhan di SPBU Pertamina.
"Kuota solar sampai dengan Oktober 2025 diperkirakan
bisa terkendali under 1,5% dari kuota yang diberikan kepada PT Pertamina Patra
Niaga sementara untuk sektor Pertalite diperkirakan under 10% dari kuota
2025," jelasnya.
Asal tahu saja, kuota Pertalite untuk tahun 2025 adalah 31,1
juta kiloliter (KL) dan kuota Solar bersubsidi adalah 17,3 juta KL.
Terpisah, Pj Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga
Roberth MV Dumatubun mengatakan target yang ditetapkan oleh Patra Niaga untuk
penjualan Pertamax Turbo awalnya sekitar 170 kiloliter (KL) per tahun. Namun
saat ini, realisasinya sudah mencapai sekitar 300 ribu KL.
"Pasti nanti dengan adanya Satgas Natal Tahun Baru ini
pasti akan meningkat lagi. Jadi let's say mungkin di akhir-akhir tahun ini dia
akan bertambah. Tapi kalau secara target memang sampai saat ini memang sudah di
atas ya," kata dia.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen
Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman menjelaskan sejak Juli-Agustus 2025
terjadi fenomena yang tidak biasa, yakni adanya pergeseran atau perubahan pola
konsumsi masyarakat terhadap BBM.
"Jadi, konsumen yang tadinya pengguna RON 90 atau
Pertalite itu cenderung turun dan beralih kepada RON yang lebih tinggi,"
terang Laode dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XI DPR, di Gedung
DPR, dikutip Jumat (3/10/2025).
Berdasarkan bahan paparan Kementerian ESDM, penjualan harian
BBM Pertalite di tahun 2025 ini turun menjadi 76.970 Kilo Liter (KL) dari yang
sebelumnya mencapai 81.106 Kilo Liter di tahun 2024. Sementara, penjualan BBM
Non Subsidi meningkat di tahun 2025 ini menjadi 22.723 KL dari yang sebelumnya
19.061 KL di 2024.
"Sebenarnya ini kalau dikaitkan dengan besaran
kompensasi, maka kompensasi Pertalite itu turun dari Rp 48,9 triliun,
diproyeksikan bisa terjadi efisiensi sehingga hanya menjadi RP 36,314 triliun,
artinya ada efisiensi sebesar Rp 12,6 triliun dengan adanya shifting ini,"
ungkap Laode.
Sumber: cnbc Indonesia.com