Hikayat Nala Garing Jadi Adipati Negeri Muara Bubuhan

Akhmad Wahyuni, S.Sos., M.IP


Cerita Rakyat - Di ujung sungai imajiner, di tempat yang kadang banjir tapi tetap ramai jualan pentol, berdirilah sebuah negeri bernama Bubuhan. Negerinya kada besar, tapi orangnya asyik, sapapalih tukang mahalabiu, hobi nonton drama, hobi ikut rapat walaupun kada paham isinya.

Pada suatu pemilihan daerah, orang-orang Bubuhan memilih seorang calon aneh: Nala Garing, bekas juragan minyak yang paling hebat dalam dua hal—jualan solar dan senyum waktu difoto.

Bab 1: Pemilihan yang Aneh, Terpilihlah Nala Garing

Waktu kampanye, Nala Garing selalu ngomong:

 “Yang mana… kita akan majukan Bubuhan menjadi lebih… yang mana jua nanti kuingat!”

Tapi nala garing nee bila tesampuk urang kada ketinggalan jargonnya... "semangat" ... (mungkin maksudnya kurrrr sumangat)

Operator sound system sampai bingung mau tekan tombol apa.

Tapi rakyat Bubuhan suka yang aneh-aneh. Jadilah ia menang.

Hari pelantikan, waktu pembacaan sumpah, Nala Garing salah sebut naskah. Padahal cuma tinggal baca.

Tapi MC bilang:

“Gapapa, Pak. Yang penting yakin.”

Dan semua tepuk tangan.

Bab 2: Nala Garing Masuk Kantor Hari Pertama

Hari pertama masuk kantor, Nala Garing melihat ruangan Adipati yang besar, jantungnya dagup2 kaya urang hanyar manang mangguplah, sembari berseloroh, inilah ruangan Adipati? Padahal di atas meja kerjanya jelas-Jelas tertulis ADIPATI.

Ia duduk di kursi, membuka satu map laporan, lalu wajahnya mengerenyit:

“Yang mana… kenapa angka-angkanya banyak…?”

Padahal itu laporan simpel—tentang jumlah kursi kantor.

Pegawainya saling pandang.

Sampai salah satu staf bisik:

“Pak itu cuma daftar inventaris kursi… baru lima lembar, pak…”

Nala Garing mengangguk pelan-pelan, pura-pura mengerti, padahal matanya jelas-jelas membaca:

“Kursi 4, Kursi 5, Kursi 6…”

Bab 3: Bagong, Staf Khusus Paling Sok Pintar di Muka Bumi

Karena sadar dirinya kada paham sama sekali, Nala Garing menunjuk staf khusus.

Pilihan normalnya adalah orang yang ahli…

Tapi ini Nala Garing, tentu pilihan beliau Bagong.

Bagong terkenal bodoh sejak kecil, tapi bakatnya satu: percaya diri setinggi langit.

Orang pernah tanya:

“Bagong, pian handak jadi apa waktu kecil?”

Bagong jawab tegas:

“Aku handak jadi orang yang banyak tahu!”

Sayangnya sampai besar, tahu pun kada banyak.

Begitu resmi jadi staf khusus, Bagong ngomong di depan pegawai:

“Mulai hari ini, semua urusan teknis, biar saya. Pak adipati tinggal tersenyum saja!”

Pegawai melirik kaca jendela, memastikan Adipati baru benar-benar manusia, bukan eksperimen gagal.

Bab 4: Patroli Kerajaan yang Mirip Karnaval

Setiap kali Nala Garing keluar kantor, Bagong dan timnya ikut mengawal. Tapi pengawalan mereka lebih mirip:

arak-arakan maulid,

karnaval 17 Agustus,

atau rombongan jual obat di pasar malam.

Ada staf yang bawa payung, walaupun panasnya mendung.

Ada yang bawa walkie-talkie, tapi baterainya habis.

Ada yang sibuk mengusir ayam liar yang mendekat.

Dan Bagong paling depan dengan gaya pasukan khusus:

“Minggir! Minggir! Ini Adipatii! Jangan dekat-dekat, nanti tular pintar!”

Warga pasar nangis ketawa.

Bab 5: Rapat Pertama yang Kacau

Waktu rapat anggaran pertama, Bagong berdiri sambil memegang laser pointer.

Ia mengarahkan ke layar presentasi dan berkata mantap:

 “Anggaran ini bisa digeser ke sini, ke sana, sesuai keperluan!”

Pegawai angkat tangan:

“Tapi itu dana khusus, sir…”

Bagong jawab:

“Khusus bisa jadi umum! Umum bisa jadi khusus! Tergantung niat!”

Pegawai cuma mengelus dada.

Nala Garing tepuk tangan:

“Itulah! Aku suka staf macam ini!”


Bab 6: Kebijakan Unik Nala Garing

Karena ingin tampak bekerja, Nala Garing bikin kebijakan spontan hasil bisikan Bagong setelah berdiskusi dengan paman pentol depan balai, berupa:


1. Bansos air mineral untuk acara kawinan

Rakyat bingung:

“Air mineral? Yang diperlukan lauk lah, nangapa maka disuruh minum haja!”

2. Program lampu tidur gratis

Bagong yang jelasin:

“Supaya masa depan rakyat lebih terang.”

Padahal lampu tidur cahayanya remang-remang.

3. Beasiswa anak pintar tapi syaratnya harus dapat rekomendasi tetangga sebelah

Tetangga bingung kenapa mereka yang menentukan masa depan orang.

4. Program 1000 Gapura

Tapi gapuranya cuma dicat ulang, bukan dibangun.

Setiap kebijakan diumumkan, Bagong berdiri sambil pose gagah:

“Program ini hasil pemikiran mendalam!”

Pegawai belakang bisik:

 “Mendalam ke dalam sumur ya?”

Bab 7: Rakyat Terhibur Tiap Hari

Meski kacau, satu hal bagus: rakyat Bubuhan terhibur tiap hari.

Ada Adipati bingung baca laporan, kalinya babaya hingkat mambaca, gelar maka bejejer wal beranak pinak,

Ada Bagong sok tahu tiap menit,

Ada staf lari-lari ngurus kebodohan mereka.

Bahkan pedagang soto bilang:

“Sejak Adipati baru, jualan soto ku makin laku, soalnya orang suka bercerita kejadian kantor hari ini.”

Rakyat bilang:

“Asal kada bubar negerinya, lucu jua lah.”

Bab 8: Penutup yang Tidak Menutup Apa-Apa

Begitulah kisah Nala Garing sang Adipati kebingungan, dan Bagong, staf khusus paling percaya diri se-kerajaan.

Mereka berdua bukan membuat negeri maju…

tapi membuat rakyat bahagia, dengan kata lain sidin gen kada paham apa nang harus digawi. Selalu ada cerita untuk ditertawakan.


Oleh : Akhmad Wahyuni, S.Sos., M.IP
Penulis merupakan pensiunan ASN pada lingkup Pemerintah Kab. Barito Kuala, alumni APDN Banjarbaru dan Program Magister Ilmu Pemerintahan Univ. Lambung Mangkurat.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال