![]() |
Almarhum Letkol Dhomber, Pahlawan kemerdekaan dari satuan Angkatan Udara yang berasal dari Desa Buntoi, Pulang Pisau. Foto/ Dewi For Possindo |
POSSINDO.COM- Selain Tjilik riwut, warga Kalimantan tengah. Khususnya Pulang Pisau desa Buntoi boleh berbangga. Pasalnya ada satu lagi pahlawan nasional yang selama hidupnya berkarir di Militer Angkatan Udara.
Ia adalah Dhomber, namanya begitu singkat. Seperti umumnya nama orang Dayak. Pahlawan yang satu ini mungkin tidak banyak yang tau seperti apa kiprah perjuangannya. Padahal semasa hidup, dirinya banyak melanglang buana dalam berjuang. Bahkan di kemiliteran Angkatan Udara, namanya sangat mahsyur.
Atas jasa-jasanya, pada tanggal 26 Juli 2018 lalu, Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Sepinggan di Kalimantan Timur sampai di ganti menjadi Lanud Dhomber atau disingkat Lanud Dmd dan diresmikan langsung oleh Kasau waktu itu,
Awal Perjuangan Dhomber
Lahir di Buntoi pada 2 Februari 1924 dari pasangan orang tua Jafar dan Leah serta memiliki kakek Bernama Atceh dan bermarga Ludang. Dhomber sudah dibentuk sebagai pribadi yang tangguh dan mandiri. Bahkan, saat berumur 15 tahun. Dhomber nekat merantau ke jawa dan ikut bergabung dengan para pemuda asal Kalimantan untuk berjuang bersama rakyat Surabaya berperang mengusir penjajah yang saat itu di kuasai NICA Belanda.
Atas keberaniannya, Dhomber langsung di rekrut bergabung dengan tentara militer saat itu. Dirinya juga berperan penting pembebaskan Pulau Kalimantan dari cengkraman Belanda ( NICA) sekitar tahun 1943 -1945 dimana berbarengan dengan menangnya tentara Amerika melawan Jepang dalam perang Dunia II.
Saat NICA Belanda sudah masuk ke Kalimantan. Para pejuang di Kalimantan mulai kewalahan menghadapi tekanan Belanda, sehingga meminta bantuan ke Militer ke Pulau Jawa. Kemudian dikirimlah ekspedisi-ekspedisi dari Pulau Jawa untuk merebut Pulau Kalimantan. Sayangnya upaya militer pemerintah saat itu sangat kesulitan masuk ke jantung Kalimantan karena pintu masuk lewat laut di jaga ketat oleh blockade kapal perang Belanda NICA.
![]() |
Untuk mengenang Jasanya, Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) di Kalimantan Timur yang semula bernama Lanud Balikpapan berganti nama menjadi Lanud Dhomber. Foto/ IST |
Gubernur Kalimantan saat itu, Ir. Mohammad Noor kemudian meminta dukungan moral dari seluruh masyarakat suku Dayak yang ada di Kalimantan. Ia juga menemui Mayor Tjilik Riwut seorang Perwira Markas Besar Tentara (MBT) yang baru saja berhasil memimpin rombongan menerobos hutan belantara Kalimantan dan juga bertemu dengan Kepala Staf Angkatan Udara Komodor Udara Suryadi Suryadarma.
Dari hasil pertemuan tersebut, di dapati ide bahwa satu-satunya cara untuk bisa memobilisasi pasukan ke Kalimantan hanya ditembus lewat udara.
Kemudian, berdasarkan perintah harian Panglima Besar Jenderal Sudirman Nomor 232/PB/47/I, Mayor Tjilik Riwut di tunjuk menjadi komando pasukan terjung payung dengan 12 prajurit pilihan termasuk Dhomber. Mereka kemudian di latih khusus oleh pelatih AURI di bawah pimpinan Opsir Udara I Sudjono.
Dari Penerjun Payung Hingga Jadi Intelejen Perang
Dalam perannya sebagai pasukan penerjun payung, Dhomber diberangkatkan dengan menggunakan pesawat Dakota C-47 RI-002 pada 18 Oktober 1947 ke Philipina. Ia mendapat misi khusus menyusup masuk Kalimantan Timur melalui kapal laut.
Misi utama yang diemban Dhomber cukup berat, bersama 12 orang lainnya yang di pimpin Moeharto secara khusus bertugas memandu rombongan pejuang lain yang ada di Filipina, singapura dan sekitarnya untuk bisa masuk ke wilayah Kalimantan Timur dan menghimpun kekuatan disana. Ketika saat itu Kaltim masih dikuasai oleh tentara Belanda NICA yang begitu kuat jaringan mata-matanya.
Dengan menumpang kapal milik perusahaan De La Rama Shipping Company, MV Northen Hawker, Dhomber bersama rekannya Moelyono Adikusuma dari Philipina berlayar menuju Tarakan lalu ke Tanjung Selor (Bulungan) Kalimantan Timur.
Meski pada Posisi saat itu wilayah Kaltim di pimpin oleh Kesultanan Bulungan, namun statusnya dalam penguasaan NICA Belanda. Sehingga misi pembebasan Kalimantan Timur dianggap sangat penting.
Momen Dhomber ke menyusup ke kaltim sangat terbantu ketika pada waktu itu sedang diadakan perayaan Berau oleh Sultan Bulungan ke-10, Sultan Djalaluddin. Tentara Belanda, termasuk para agen intel NICA sibuk pada pengamanan acara.
Saat berkomunikasipun Dhomber selalu menggunakan bahasa Solog (Sulu) dan berpura-pura tidak bisa menguasai bahasa Melayu. Selain itu, Dhomber juga merubah namanya menjadi Jose Sabtall bin Moehamad Djamil dan bertingkah seakan orang Filipina.
Siasat bunglon tersebut ternyata berhasil mengelabui dinas Intelejen NICA, terbukti saat Dhomber mengurus surat jalan untuk masuk Derawan, polisi NICA tidak curiga bahkan tidak ada pemeriksaan ketat yang dilakukan.
Status sebagai orang Filipina membuat Dhomber dkk lalu makin leluasa membuka jaringan pos penghubung di Tawao, dan berhasil mengadakan kontak dengan para pejuang Indonesia yang berada di Filipina, Labuan, Singapura, Nunukan, Tarakan, Balikpapan. Mereka juga merintis kontak dengan para pejuang di Kalimantan Selatan dan Dayak Besar.
Selama tinggal di Kaltim, Dhomber dan rekan-rekannya juga berhasil menyadap data-data penting seputar kekuatan militer pasukan NICA Belanda di wilayah tersebut. Mulai dari jumlah pasukan, amunisi hingga pos-pos militer yang dimiliki. Semua data penting kemudian dikirimkan secara rahasia kepada Komandan Pasukan M.N. 1001 Mobiele Brigade Markas Besar Tentara di Jogjakarta.
Sehingga atas rujukan data tersebut kemudian pasukan militer RI sukses menembus blockade belanda dan merebut pulau Kalimantan melalui operasi militer pasukan payung AURI sekitar 17 Oktober 1947. Berita tersebut begitu mengejutkan surat kabar di negeri Belanda.
Dhomber yang telah menjadi bagian dari sejarah perjuangan rakyat Indonesia di Kalimantan Timur semakin mendapat tempat di Angkatan Udara. Kiprahnya yang gemilang memposisikan beliau menjadi penguasa perang udara di Kalimantan, yaitu ketika beliau menjadi Komandan Detasemen AURI Balikpapan pada tahun 1958. Kemudian pada tahun 1961-1963 Dhomber juga dipercaya sebagai Komandan Lanud Iskandar Muda (Pangkalan Bun) Kalimantan Tengah.
Dhomber yang telah menjadi bagian dari sejarah perjuangan rakyat Indonesia di Kalimantan Timur semakin mendapat tempat di Angkatan Udara. Kiprahnya yang gemilang memposisikan beliau menjadi penguasa perang udara di Kalimantan, yaitu ketika beliau menjadi Komandan Detasemen AURI Balikpapan pada tahun 1958. Kemudian pada tahun 1961-1963 Dhomber juga dipercaya sebagai Komandan Lanud Iskandar Muda (Pangkalan Bun) Kalimantan Tengah.
![]() |
Dhomber Muda dikenal sosok yang pemberani dan tegas. Foto/ IST |
Penelusuran media ini, semasa hidupnya Dhomber memang sering berpindah-pindah tugas. Bahkan menurut penuturan anaknya, Dewi. Dhomber dan keluarga pernah lama tinggal di Komplek AURI Banjarbaru, kemudian ke Palangkaraya dan cukup lama pindah lagi ke Pangkalan Bun. Bahkan. Saat meninggal pada 5 November 1997 lalu, dirinya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Indra Pura Pangkalan Bun.
“Bapak adalah sosok yang sederhana, sayang dengan keluarga. Saya ingat, dulu sewaktu masih hidup. Nampak jelas bekas luka di dada, paha kanan dan paha kiri beliau. Ketika di tanya, beliau cerita itu bekas kena tembak belanda,” kenang Dewi.
“Bapak adalah sosok yang sederhana, sayang dengan keluarga. Saya ingat, dulu sewaktu masih hidup. Nampak jelas bekas luka di dada, paha kanan dan paha kiri beliau. Ketika di tanya, beliau cerita itu bekas kena tembak belanda,” kenang Dewi.
Makam Keluarga Dhomber Pun kini masih bisa ditemui di desa Buntoi RT 02, bahkan juga terdapat sepupunya yang masih hidup dan masih bisa mengingat kenangan muda, Ketika bertemu dengan Dhomber.
![]() |
Dewi Dhomber anak dari alm Letkol Dhomber saat bersama KASAU ketika menghadiri peresmian Lanud Dhomber di Kaltim beberapa waktu lalu. Foto/ Dewi For Possindo |
( Sumber : Dirangkum dari situs TNI AU dan wawancara dengan keluarga alm Dhomber )