![]() |
Bangunan Dermaga Cukai dulu menjadi lokasi bertambat para tamu yang ingin datang menginap di wilayah Pulang Pisau, kini kondisinya mati suri. Foto/ IST |
POS SINDO.COM, Pulang Pisau- Dulu sekitar tahun 1970 hingga tahun 1990-an saat masih dalam bentuk kecamatan, dibawah pemerintah Kabupaten Kapuas. Wilayah kecamatan Kahayan Hilir ( kini Jadi kabupaten Pulang Pisau) daerah ini begitu ramai. Kejayaan bisnis perkayuan yang melintasi sungai kahayan, hingga jejeran pabrik-pabrik sumil kayu log yang tersebar di desa-desa wilayah Pulang Pisau di anggap punya kontribusi besar dalam menopang sektor ekonomi masyarakat saat itu.
Tidak heran, jika usaha hilir seperti penginapan seperti hotel dan losmen ikut-ikutan tumbuh subur di Pusat Kota Pulang Pisau. Dari penuturan Lubis, warga sepuh Desa Gohong pada penulis, menyebut saat itu sedikitnya ada 2 Hotel dan 6 losmen ternama berdiri di wilayah perkotaan kala itu. Diantaranya yang cukup terkenal adalah Hotel Samaria, Losmen Gemini, losmen Karunia, Losmen Ani dan beberapa losmen lainnya.
"Dulu Hotel dan Losmen dibangun dengan pasarnya adalah para bos-bos kayu dari Jakarta yang datang meninjau pabrik atau sumil kayu log yang ada diwilayah Maliku, Pangkoh dan Pulang Pisau. Setiap minggu pasti ada saja yang datang, tidak heran kalau para rombongan bos kayu itu datang bisa penuh semua itu hotel dan losmen. Bahkan beberapa diantaranya harus menginap di rumah penduduk," cerita Lubis bercerita.
Uniknya, meski ada perbedaan kelas antara Hotel dan Losmen. Namun saat itu semuanya dibangun dengan berbahan dasar yang sama, yaitu berbahan kayu dan letaknya pasti tidak jauh dari sungai. Kalaupun ada berbeda , menurutnya hanya terletak bahan dasar jenis kayu, luas kamar dan fasilitas tambahan saja. Ditahun yang sama menurut Lubis akses transportasi justru lebih banyak lewat sungai ketimbang darat. Jalan-jalan saat itu sangat sedikit, bahkan orang-orang dari Banjarmasin saat menuju Palangkaraya atau sebaliknya lebih memilih naik bis air ketimbang mobil.
"Makanya saat itu hotel, losmen dan penginapan biasanya dibangun berdekatan dengan rumah makan dan mereka punya pelabuhan sendiri. Angkutan yang suka singgah itu bis air, kelotok, speed, Long boat hingga kapal. Dalam sehari bisa puluhan itu yang singgah, saya pun sempat bekerja jadi pengemudi speed yang membawa bos Kayu dari Banjarmasin ke Pulang Pisau," tutur Lubis mengenang kejayaan jalur sungai saat itu.
Tumbuh Bisnis Penginapan Dipengaruhi Usaha Kayu
Terpisah Marie, yang mengaku pernah bekerja dan mengelola Hotel Samaria, berkisah jika di zaman keemasan usaha penginapan terjadi antara tahun 80-an. Saat itu ramainya usaha losmen mirip seperti usaha walet saat ini. Mereka yang berduit kata mari zaman itu berlomba-lomba membangun penginapan, bahkan sampai mengubah rumah jadi usaha penginapan."Persis seperti prospek walet saat ini. Kadang kalau lagi ramainya saat itu, untuk pesan kamar harus seminggu lebih dulu. Pihak losmen pun sampai menjalin kerjasama dengan pemilik kapal, speed boat dan kelotok agar ketika melewati Pulang Pisau, mampir dan mengarahkan penumpangnya ke losmen atau hotel yang menjadi mitra, ada fee yang diberikan sebagai imbalan," tutur Marie.
![]() |
Seiring
redupnya usaha perkayuan, beberapa losmen di Pulang Pisau kini menjelma menjadi
sarang burung walet. Foto/ IST |
"Sekarang lebih usaha penginapan berkembang lebih modern. Sasarannya para tamu dari luar, para pejabat hingga sekedar pengguna jalur lintas yang singgah karena kelelahan. Dibanding sekarang usaha dibidang penginapan cukup sepi, karena perkembangan industri belum begitu hidup," ujar Marie
"Kayaknya 3-4 tahun kedepan kalau pabrik sengon buka, pabrik karet sudah operasi bahkan perusahaan-perusahaan baru datang bisa jadi akan kembali ramai," tutur Marie yang kini lebih memilih menekuni usaha sebagai pedagang. (Sam)
Editor : Dedy
Editor : Dedy
Tags
Ragam