Banyak Tradisi yang Dilakukan Selama Natal Seperti Menghias Pohon Natal, Bertukar Kado Hingga Beribadah ke Gereja. Foto/Freepik/awesomecontent |
Sekjen Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Rm. Adi Prasojo menjelaskan, warna merah dan hijau tersebut merupakan pengaruh dari budaya barat.
Sebab, perayaan Hari Raya Natal dipenuhi dengan tradisi negara barat seperti pohon Natal, goa Natal, Sinterklas, dan sebagainya.
Adi Prasojo menjelaskan warna merah dan hijau merupakan warna tanaman di negara barat pada musim dingin.
“Dekorasi tanaman biasanya bercorak merah dan hijau, karena ini tradisi barat dimana di sana ada empat musim. Sementara, tanaman cerah meriah warna hijau dan merah tumbuh di sana,” terangnya dikutip Kompas.com, (24/12/2022).
Warna hijau merujuk pada warna pohon cemara yang kerap digunakan sebagai pohon natal. Warna ini disebut melambangkan kehidupan kekal.
Pada sumber yang lain menyebutkan bahwa asal muasal penggunaan warna merah dan hijau pada Natal bermula dari Kartu Natal era Victoria.
Dalam kartu Natal tersebut terdapat berbagai kombinasi warna yang dipasangkan seperti merah dan hijau, merah dan biru, biru dan hijau, biru dan putih.
Pemilihan warna-warna ini terinspirasi dari unsur-unsur alam yang ditemukan pada masa itu.
Warna merah dan hijau mulai dianggap sebagai warna khusus Natal setelah momentum perayaan tersebut mulai menjadi hari libur komersial pada ahun 1931.
Orang Celtic kuno meyakini bahwa tanaman holly diciptakan untuk menjaga bumi tetap indah selama musim dingin. Selanjutnya, mereka menggunakan tanaman berwarna cerah sebagai simbol perlindungan dan kemakmuran dalam perayaan Hari Raya Natal yang berlangsung di tengah musim dingin. Tradisi tersebut berlanjut pada masa orang Victoria, yang menggunakan warna merah dan hijau pada dekorasi Natal mereka.
Sumber : suara.com