![]() |
Ilustrasi Perayaan Hari Raya Galungan. Foto/Net |
POSSINDO.COM, Ragam - Hari Raya Galungan, perayaan penting bagi umat Hindu di Bali dan sekitarnya. Perayaan yang dirayakan setiap enam bulan sekali ini, tepatnya pada hari Rabu Kliwon wuku Dungulan dalam kalender Bali, memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) atas Adharma (kejahatan) dan penciptaan alam semesta.
Perayaan ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga momentum untuk merenungkan keseimbangan hidup, melawan nafsu buruk, dan memperkuat nilai-nilai kebaikan. Umat Hindu di seluruh Indonesia merayakannya dengan penuh syukur dan khidmat.
Makna Galungan sangat dalam dan kaya akan filosofi. Ia mengajak setiap individu untuk melakukan introspeksi diri, membersihkan diri dari sifat-sifat negatif, dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Perayaan ini juga menjadi kesempatan untuk menghormati leluhur dan mempererat tali persaudaraan. Tradisi memasang penjor di depan rumah, persembahyangan di merajan, panti, dan pura, serta berbagai upacara lainnya, menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan ini.
Perayaan Galungan berlangsung hingga 5 Oktober 2024. Selama periode ini, umat Hindu akan melaksanakan berbagai kegiatan keagamaan dan adat istiadat. Suasana penuh sukacita dan kebersamaan akan menyelimuti Bali dan daerah lainnya yang merayakan Galungan. Ucapan-ucapan selamat pun bertebaran, baik dalam Bahasa Bali maupun Indonesia, sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan.
Makna Mendalam Hari Raya Galungan
Galungan, berasal dari kata "Galang" yang berarti bertarung atau menang, merupakan perwujudan kemenangan Dharma atas Adharma. Ini bukan hanya kemenangan fisik, tetapi juga kemenangan batiniah dalam melawan sifat-sifat negatif di dalam diri. Perayaan ini mengingatkan kita akan pentingnya keseimbangan dalam hidup dan usaha terus-menerus untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Perhitungan hari raya Galungan didasarkan pada sistem penanggalan Bali, yang memperhitungkan panca wara, sapta wara, dan wuku. Perayaan ini jatuh setiap 210 hari sekali, tepatnya pada hari Rabu Kliwon wuku Dungulan. Sistem penanggalan ini menunjukkan kearifan leluhur dalam memahami siklus alam dan waktu.
Dalam konteks sejarah, Galungan dikaitkan dengan berbagai kisah, baik dari mitologi Hindu di Bali maupun India. Kisah pertempuran Ida Bathara melawan raksasa Mahayena di Bali, dan pertempuran dewa-dewa melawan raksasa di India, menunjukkan tema yang sama: kemenangan kebaikan atas kejahatan.
Selain itu, Galungan juga dimaknai sebagai ungkapan syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa. Perayaan ini menjadi momentum untuk mempererat hubungan dengan Tuhan, leluhur, dan sesama manusia.
Sumber : liputan6.com