POSSINDO.COM, Ekonomi - Badan Gizi
Nasional (BGN) akan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1,2 triliun per hari
untuk program makan bergizi gratis kepada 82,9 juta orang di seluruh Indonesia
untuk tahun depan.
Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana Memberikan Pemaparan Bersama dalam konfrensi pers pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025.Foto/ Bisnis/ Himawan L nugha
"Insyaallah
tahun depan kita akan mulai dari Januari dengan 82,9 juta dan Badan Gizi
Nasional akan spending Rp 1,2 triliun per hari," kata Kepala BGN Dadan
Hindayana dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman Sinergi Penyelenggaraan
Jaminan Produk Halal dalam Program Pemenuhan Gizi Nasional antara Badan Gizi
Nasional dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal di Kantor Kementerian
PPN/Bappenas, Jakarta, Senin (8/9/2025).
Dadan
mengatakan, besarnya anggaran tersebut menunjukkan keseriusan pemerintah dalam
memperbaiki gizi masyarakat, terutama anak-anak dan kelompok rentan.
"Nah
ini sama dengan setengah anggaran Kementerian Perencanaan Pembangunan satu
tahun ya. Jadi dua hari BGN sama dengan satu tahun (Anggaran) Perencanaan
Pembangunan Nasional, memang Menteri PPN sangat penting tapi untuk anggaran
mohon maaf pak," katanya.
Dadan
mengatakan saat ini pelaksanaan MBG baru terserap Rp 13 triliun, dari total
anggaran 2025 senilai Rp 71 triliun. Sementara itu, ia mengatakan sudah ada
7.475 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang sudah terbentuk dan melayani
lebih dari 25 juta penerima manfaat.
"Jadi
kita sudah hampir bisa melayani 1 penduduk seluruh benua Australia atau empat
negara Skandinavia," katanya
Dadan juga
melaporkan sudah ada 29 ribu SPPG yang mendaftar. Ia menyebutkan setiap SPPG
yang dibangun tersebut bisa menelan Rp 2 triliun yang dikeluarkan oleh mitra
MBG. Dana yang dikeluarkan untuk pembangunan tersebut bukanlah dana yang
dikeluarkan oleh BGN, melainkan dana dari mitra BGN.
"Jadi ini bukan uang pemerintah, ini uang masyarakat. Selain itu juga dampak ekonominya luar biasa Karena 1 SPG mempekerjakan 50 orang, 1 SPG membutuhkan 15 supplier dan setiap supplier pasti membutuhkan SDM pendukungnya," katanya.
Sumber : finance.detik.com