![]() |
Rumah makan Pak Kumis Pasar Kamis yang terkenal dengan bakso urat khas rasa Jawa timuran. Foto/Andika |
PULANG PISAU- Di tengah hiruk pikuk Pasar Kamis, Pulang Pisau, aroma kuah hangat dan rempah-rempah khas Jawa Timur menyeruak dari sebuah bangunan sederhana di tepi jalan. Rumah makan itu tak terlalu mencolok. Namanya sederhana: Rumah Makan Pak Kumis. Tapi begitu kaki melangkah masuk, pengunjung akan tahu bahwa ini bukan sekadar tempat makan. Ini adalah rumah dari cita rasa dan kisah perjuangan.
Pak Kumis, pemilik rumah makan ini, adalah sosok bersahaja dengan senyum ramah dan tentu saja-kumis tebal yang jadi ciri khasnya. Pria bernama asli Muji ini merantau dari Magetan, Jawa Timur, ke Kalimantan pada tahun 2007. Ia datang bukan dengan koper penuh uang, tapi dengan tekad dan resep-resep masakan Jawa Timur yang ia warisi secara turun-temurun.
"Awalnya saya cuma dorong gerobak keliling. Dua tahun pertama penghasilannya kecil sekali. Kadang cuma seratus ribu sehari, istri di rumah cuma dapat lima ribu. Tapi ya... tetap disyukuri," kenangnya dengan mata menerawang.
Bangunan tempat rumah makan ini berdiri dulunya hanyalah rumah kayu sewaan. Di sanalah Pak Kumis dan keluarga tinggal sambil menjalani hari-hari sulit. Baru pada 2011, ia bisa membeli tempat itu dan perlahan-lahan mengubahnya menjadi rumah makan yang sekarang ramai dikunjungi.
Cita Rasa Kampung Halaman di Perantauan
Menu di Rumah Makan Pak Kumis menyuguhkan apa yang disebut orang-orang sebagai pengobat rindu kampung halaman. Mulai dari bakso urat khas Jawa Timur, soto Lamongan dengan koya gurih yang lembut, hingga rawon dengan kuah hitam pekat yang kaya rempah—semuanya disajikan dengan porsi pas dan harga ramah di kantong."Resepnya rahasia," jawab Pak Kumis sambil tersenyum saat ditanya soal racikan bumbunya.
Harga per porsi berkisar antara Rp12.000 hingga Rp25.000, menjadikan rumah makan ini favorit bukan hanya bagi warga sekitar, tapi juga pengunjung dari luar kota seperti Pangkuh.
Yang paling banyak dicari tentu saja bakso uratnya. Teksturnya padat namun empuk, dengan kuah gurih yang hangat hingga ke hati. Tapi bukan hanya itu. Lalapan nila yang digoreng garing, nasi goreng dengan bumbu medok, hingga mie ayam yang lembut juga punya penggemar setia.
Lebih dari Sekadar Makanan
![]() |
Dari Bangunan berbahan kayu, kini Rumah Makan Pak Kumis sudah dibuat permanen dan menghadirkan berbagai menu pilihan bagi pelanggannya. Foto/Andika |
Namun ia tak lupa tantangan yang masih ada, terutama kondisi ekonomi masyarakat yang memengaruhi daya beli.
"Kalau ekonomi lemah, orang beli makanan pun mikir-mikir. Makanya saya harap pemerintah bantu UMKM, beri keringanan pajak, bantu dana, dan perbaiki kondisi ekonomi masyarakat," ungkapnya.
Sabar dan Telaten, Kunci Kesuksesan
Dalam perjalanannya, Pak Kumis tidak pernah menyerah. Satu-satunya resep yang ia bagikan secara terbuka bukanlah bumbu bakso, melainkan sifat sabar dan telaten dalam menjalani usaha.
“Enggak ada yang instan. Semua butuh proses. Yang penting konsisten dan percaya, nanti juga akan sampai,” katanya.
Kini, Rumah Makan Pak Kumis bukan hanya tempat mengisi perut, tapi juga tempat bertemunya cerita, rasa, dan kenangan. Tempat di mana seorang perantau dari Jawa bisa menghidangkan semangkuk rasa rumah kepada siapa pun yang singgah.
Dan soal nama? Ternyata itu pun punya cerita unik.
“Orang-orang manggil saya Pak Kumis karena ya... saya berkumis. Lama-lama ya kepakai buat nama rumah makan,” ucapnya sambil terkekeh. (Andika)
Editor : Dedy
Grafis : Rohit
Tags
UMKM