
Ilustrasi Project Suncatcher dari Google foto/x @adygl23
POSSINDO.COM, Ragam -
Google berencana membangun pusat data di luar angkasa pada awal 2027, menyusul
penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang semakin luas. Proyek ambisius
ini diberi nama Project Suncatcher.
Raksasa perusahaan teknologi asal California, Amerika
Serikat itu berharap dapat memanfaatkan tenaga surya dan mengurangi biaya
peluncuran roket. Peralatan uji coba pertama diluncurkan ke orbit dalam waktu
dekat.
Para ilmuwan dan insinyur Google berpendapat bahwa sekitar
80 satelit bertenaga surya dapat diatur di orbit sekitar 400 mil di atas
permukaan Bumi dan dilengkapi dengan prosesor bertenaga tinggi untuk memenuhi
permintaan yang terus meningkat untuk akal imitasi.
Dilansir dari The Guardian, penelitian yang dirilis oleh
Google pada Selasa (4/11), biaya peluncuran ke luar angkasa akan menurun dengan
cepat, sehingga pada pertengahan tahun 2030-an biaya operasional pusat data
berbasis luar angkasa akan sebanding dengan yang ada di Bumi.
Untuk mendinginkan pusat data saat ini, penggunaan satelit
dapat meminimalkan penggunaan sumber daya darat dan air.
Pusat data akan dilengkapi oleh panel surya yang dapat
menghasilkan energi delapan kali lipat lebih efisien dibandingkan panel surya
setelah berada di orbit dari pada panel surya di Bumi. Namun, peluncuran satu
roket dapat menghasilkan emisi karbon dioksida hingga ratusan ton.
Para astronom mungkin menentang hal ini karena jumlah
satelit yang semakin banyak di orbit rendah dapat mengganggu pengamatan mereka
tentang alam semesta.
Dalam proyek Suncatcher, pusat data yang mengorbit akan
mengirimkan hasilnya kembali melalui tautan optikyang biasanya menggunakan cahaya
atau sinar laser untuk mengirimkan informasi.
Perusahaan teknologi besar yang mengejar kemajuan pesat AI,
diperkirakan akan membeli pusat data darat di mana-mana seperti Lincolnshire
hingga Brasil, dan India hingga Texas. Pengeluaran ini telah menimbulkan
kekhawatiran tentang dampak emisi karbon jika energi bersih tidak ditemukan
untuk menggerakkan proyek.
"Di masa depan, ruang angkasa mungkin menjadi tempat
terbaik untuk mengembangkan komputer AI," kata Google dalam risetnya.
"Dengan berangkat dari sana, proyek riset ambisius
kami, Project Suncatcher, membayangkan konstelasi satelit bertenaga surya yang
kompak, dilengkapi dengan Google TPUs dan terhubung melalui tautan optik ruang
bebas. Pendekatan ini memiliki potensi besar untuk skalabilitas, sekaligus
meminimalkan dampak pada sumber daya di Bumi," lanjut dia.
Elon Musk, yang memimpin penyedia internet satelit Starlink
dan program roket SpaceX, pekan lalu mengatakan perusahaannya akan mulai
memperluas operasinya untuk membangun pusat data di ruang angkasa.
Nvidia juga akan meluncurkan Chip AI ke luar angkasa pada
akhir bulan, bekerja sama dengan startup Starcloud.
"Di ruang angkasa, Anda mendapatkan energi terbarukan
yang hampir tak terbatas dan murah," kata Philip Johnston, salah satu
pendiri startup tersebut.
"Biaya lingkungan yang timbul hanya pada saat
peluncuran, namun selama masa operasional pusat data, akan ada penghematan
karbon dioksida hingga 10 kali lipat dibandingkan dengan mengoperasikan pusat
data di darat," lanjutnya.
Google berencana meluncurkan dua satelit prototipe pada awal
2027 dan mengatakan hasil penelitiannya merupakan "tonggak pertama menuju
AI berbasis ruang angkasa yang dapat diskalakan."
Sumber:cnnindonesia.com