Film Dokumenter Ramai Belakangan ini: Ice Cold Murder Coffee and Jessica Wongso

Film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee, and Jessica Wongso. Foto/Netflix
 
POSSINDO.COM, Ragam -Kasus tewasnya Wayan Mirna Salihin pada tahun 2016 kembali menjadi pembicaraan. Kasus ini kembali ramai dibicarakan publik setelah perilisan film dokumenter berjudul Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso pekan lalu.
 
Dalam film dokumenter yang dirilis oleh Netflix ini menggambarkan kembali persidangan kasus Jessica Wongso hingga akhirnya dijebloskan di penjara. Namun sayangnya publik kembali bertanya-tanya dengan kasus tersebut.
 
Keputusan Ice Cold yang tidak dibawakan seperti dokumenter serius lainnya --atau setidaknya seperti misteri pembunuhan atau kasus tak terpecahkan ala Amerika Serikat-- dan memilih untuk lebih dekat ke selera masyarakat Indonesia, adalah sebuah pilihan tepat.


Kisah kasus pembunuhan Wayan Mirna dengan terpidana Jessica Wongso pernah menjadi drama pertelevisian pada tujuh tahun lalu. Pun, ada tokoh yang terlibat di dalam kasus itu juga menjadi sorotan dalam drama peradilan dan kriminal besar di Indonesia beberapa waktu lalu.

Jelas, sensasi-sensasi drama ala telenovela, kisah gangster dan mafia, serta pembunuhan macam cerita Sherlock Holmes atau Detective Conan dalam dokumenter ini membuat satu jam 26 menit jadi tidak terasa.

Padahal, pada dasarnya dokumenter ini hanyalah menampilkan koleksi-koleksi footage berita, kesaksian jurnalis yang meliput, wawancara dengan ayah dan orang terdekat Mirna, pengacara Jessica, sebagian saksi dan petugas yang ada di pengadilan, dan komentar pengamat.

Dokumenter ini pun juga tidak membahas secara dalam soal kasus tersebut, atau hubungan mendalam antara Mirna dan Jessica, atau mungkin peluang masalah lain yang dihadapi Mirna sebelum kejadian tragis tersebut.

Selain itu, dokumenter ini juga lebih mengarah pada drama alih-alih dokumenter sejati.

Hal itu terlihat dari bagaimana naskah yang menggiring alur cerita dokumenter ini berperan sangat penting atas persepsi yang ditangkap penonton, alih-alih membiarkan penonton menebak dan berenang sendiri dalam cerita bergambar yang ditampilkan.

Namun justru hal itulah yang memenuhi selera masyarakat Indonesia yang menjadi sasaran utama dokumenter ini.

Sumber : cnnindonesia.com

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال