Ilustrasi Planet Mirip Bumi.Foto/space.com
POSSINDO.COM, Ragam - Para astronom baru-baru ini menemukan eksoplanet yang
memiliki atmosfer mirip Bumi serta layak huni. Namun begitu, mereka masih perlu
menganalisis dan verifikasi lebih lanjut hasil pengamatan dari Teleskop Luar
Angkasa James Webb (JWST).
Planet tersebut merupakan bagian dari sistem planet berjarak
sekitar 40 tahun cahaya dari Bumi bernama TRAPPIST-1. Planet ini ditemukan oleh
lima astronom Belgia pada tahun 2016.
"Sebagai sistem planet, ini adalah yang paling asing
yang pernah ada," kata Néstor Espinoza, astronom di Space Telescope
Science Institute di Baltimore, melansir CNN, Jumat (19/9).
"Bintang tersebut sangat, sangat kecil, seukuran
Jupiter, dan memiliki setidaknya tujuh planet berbatu yang mengorbit di
sekitarnya. Tiga di antaranya berada di zona habitable, yang berarti mereka
cukup dekat dengan bintang sehingga jika memiliki atmosfer, mereka dapat
mempertahankan air cair," lanjut dia.
Dalam studi yang diterbitkan minggu lalu di The
Astrophysical Journal Letters, Espinoza dan rekan-rekannya fokus pada
TRAPPIST-1 e, planet keempat dari bintang dalam sistem tersebut.
Empat
pengamatan yang dilakukan pada tahun 2023 dengan teleskop Webb tidak dapat
menyingkirkan kemungkinan atmosfer di planet itu.
"Berdasarkan
empat pengamatan pertama, kami tidak dapat memastikan bahwa (planet ini) tidak
memiliki atmosfer, jadi mimpi itu masih hidup, ia masih bisa memiliki atmosfer,
dan itu sangat menarik, karena kami memiliki program lanjutan dengan 15
pengamatan lagi," kata dia.
Menurut
Espinoza hasil pengamatan Teleskop Webb hanya dapat menyingkirkan kemungkinan
atmosfer pada TRAPPIST-1 b, planet terdekat, tetapi keputusan masih belum final
untuk enam planet lainnya. Menurut dia TRAPPIST-1 e dianggap sebagai salah satu
kandidat terbaik untuk air permukaan cair.
"Tiga
tahun yang lalu, sebelum peluncuran James Webb, penelitian semacam ini masih
dianggap fiksi ilmiah," kata Espinoza tentang kemungkinan mendeteksi
atmosfer di planet-planet jauh.
"Sekarang
saya cukup yakin kita akan dapat melihat jenis atmosfer apa yang dimiliki
TRAPPIST-1 e - dan jika atmosfernya mirip dengan Bumi, kita akan dapat
mengetahuinya," tuturnya.
TRAPPIST-1 e memiliki ukuran yang mirip dengan Bumi dan mengorbit bintang induknya setiap enam hari, jauh lebih cepat daripada Bumi mengorbit Matahari. Hal ini karena bintang tersebut jauh lebih kecil daripada Matahari, dan semua planetnya berada sangat dekat dengannya.
"Jika Anda bisa secara ajaib membawa bintang TRAPPIST-1 ke sistem tata surya kita. sSemua planet dan orbitnya akan muat dalam orbit Merkurius," jelasnya.
Ketika
mencari atmosfer, para astronom menunggu planet melintas di depan bintangnya
dan memperhatikan perubahan kecil pada cahaya bintang yang melewati planet
tersebut. Mereka mencari tanda-tanda khas atmosfer sambil mempelajari komposisi
kimianya.
Para
astronom menyingkirkan kemungkinan atmosfer primer berbasis hidrogen di
TRAPPIST-1 e, yang kemungkinan besar terhempas oleh radiasi intens yang
dipancarkan oleh bintangnya. Ia menjelaskan Bumi juga kehilangan atmosfer
primernya yang primitif pada awalnya, tetapi kemudian membentuk atmosfer
sekunder.
Oleh sebab
itu, astronom berharap TRAPPIST-1 e juga dapat melakukan hal yang sama.
Para astronom
menjelaskan skenario ini dalam studi kedua yang juga terbit minggu lalu di The
Astrophysical Journal Letters. Studi tersebut mencatat bahwa planet tersebut
kemungkinan tidak memiliki atmosfer kaya karbon dioksida seperti Venus dan
Mars, dan mengarah pada atmosfer yang kaya nitrogen, lebih mirip dengan Bumi
dan bulan es Saturnus, Titan.
"TRAPPIST-1e
tetap menjadi salah satu planet zona layak huni yang paling menarik bagi kita,
dan hasil baru ini membawa kita selangkah lebih dekat untuk mengetahui seperti
apa dunia tersebut," kata Sara Seager, profesor ilmu planet di
Massachusetts Institute of Technology dan salah satu penulis kedua studi
tersebut, dalam sebuah pernyataan.
"Bukti
yang menunjuk jauh dari atmosfer mirip Venus dan Mars mempertajam fokus kita
pada skenario yang masih mungkin terjadi," paparnya.
Ia
menambahkan jika tim menemukan bukti tak terbantahkan soal atmosfer, pengamatan
tambahan dengan teleskop Webb mungkin diperlukan untuk mendeteksi tanda-tanda
kimia spesifik gas seperti metana, yang terkait dengan kehidupan di Bumi.
Menurut
Espinoza konfirmasi keberadaan atmosfer di TRAPPIST-1e akan menjadi sebuah
terobosan besar. Hal itu, kata dia, akan menyelesaikan perdebatan besar yang
sedang berlangsung saat ini tentang apakah sistem bintang kata merah dapat
mempertahankan atmosfer atau tidak.
"Bintang
katai merah sebenarnya merupakan mayoritas bintang di alam semesta. Jadi, jika
hal itu bisa terjadi di sana, bisa terjadi di mana saja. Kemungkinan adanya
kehidupan pun semakin bertambah," ujar dia.
Sumber: cnnindonesia.