![]() |
Kucing Terlihat Bahagia Saat Dapat Perhatian dari Manusia. Foto/iStockphoto |
POSSINDO.COM, Ragam - Kucing kerap dianggap hewan mandiri, dingin, dan tidak terlalu peduli pada manusia—berbeda dengan anjing yang terkenal setia mencari perhatian pemiliknya. Namun, sebuah studi ilmiah membantah anggapan itu.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Behavioral
Processes menunjukkan bahwa sebagian besar kucing justru lebih memilih
berinteraksi dengan manusia dibandingkan makanan, mainan, maupun rangsangan
lain.
Temuan ini mengungkap bahwa kasih sayang manusia ternyata
berperan penting dalam kehidupan kucing, bahkan melebihi yang selama ini
diduga. Boleh jadi, para pemilik kucing sudah mengetahuinya sejak lama.
Jika anjing secara umum diterima sebagai hewan yang
menikmati dan mencari perhatian manusia, hal berbeda berlaku bagi kucing.
Hewan ini, yang cenderung lebih banyak tidur dan membutuhkan
perawatan lebih sedikit dibandingkan anjing, memang sering mendapat reputasi
(terutama di kalangan pecinta anjing) sebagai makhluk yang angkuh, acuh tak
acuh, dan kurang tertarik pada kasih sayang serta persetujuan manusia.
Namun, ketika para peneliti meneliti preferensi kucing
terhadap makanan, mainan, dan interaksi sosial dengan manusia, hasilnya
mengejutkan: sebagian besar kucing lebih memilih perhatian manusia dibandingkan
yang lain—bahkan makanan. Dengan kata lain, kucing benar-benar menyukai kita.
Penelitian ini dilakukan di Human-Animal Interaction (HAI)
Lab Universitas Negeri Oregon. Sebelumnya, riset-riset terdahulu hanya meneliti
preferensi kucing terhadap makanan, rangsangan visual, maupun aroma, serta
dampaknya terhadap perilaku.
Tetapi studi baru ini untuk pertama kalinya menyelidiki
interaksi kucing dengan manusia sebagai faktor yang dapat memengaruhi kualitas
hidup mereka.
Para ilmuwan menguji kelompok kucing dewasa berusia 1 hingga
20 tahun, terdiri dari 19 ekor yang tinggal di penampungan dan 19 ekor yang
hidup bersama pemiliknya.
Dua setengah jam sebelum pengujian, kucing-kucing itu
diisolasi dari perhatian sosial maupun makanan. Setelah itu, mereka diperkenalkan
secara bergiliran pada berbagai rangsangan dalam sesi terpisah.
Dalam satu sesi, seekor manusia memberikan panggilan vokal,
belaian, dan kesempatan bermain.
ada sesi lain, kucing diberi akses bebas ke makanan, mainan tikus dengan pengocok di dalamnya, atau kain beraroma catnip, kucing lain, serta seekor gerbil.
Selama sesi berlangsung, para peneliti mencatat tingkat keterlibatan kucing dan waktu yang mereka habiskan untuk setiap aktivitas. Pada uji terakhir, semua rangsangan diberikan secara bersamaan untuk melihat mana yang paling disukai kucing.
Secara keseluruhan, tidak ada perbedaan perilaku signifikan antara kucing penampungan dan kucing peliharaan. Hanya satu kucing yang tertarik pada kain beraroma, empat ekor lebih dulu memilih mainan, dan 14 ekor langsung mengarah pada makanan.
Namun, 19 ekor kucing—atau 50 persen dari total sampel—lebih memilih manusia dibandingkan yang lain, bahkan menghabiskan 65 persen waktu sesi terakhir untuk menikmati kebersamaan dengan manusia.
“Meskipun sering dianggap bahwa kucing lebih menyukai kesendirian daripada interaksi sosial, data penelitian ini menunjukkan hal sebaliknya,” tulis para peneliti.
Mereka juga menambahkan bahwa meski beberapa kucing menunjukkan preferensi serupa antara kasih sayang manusia dengan aktivitas lain, setiap individu tetap menampilkan perilaku berbeda-beda.
Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman hidup maupun kecenderungan biologis berperan dalam membentuk cara kucing berinteraksi dengan manusia.
“Karena itu, mungkin saja terdapat populasi kucing tertentu yang menunjukkan preferensi lebih besar terhadap interaksi sosial dibandingkan populasi lainnya,” simpul penulis studi.
Sumber: nationalgeographic.com
