Dinkes Barito Utara Perkuat Strategi Eliminasi TBC, 227 Kasus Tercatat Sepanjang 2025

  

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Program TBC Tahun 2025. Foto/IST

POSSINDO.COM, Muara Teweh – Upaya pemberantasan Tuberkulosis (TBC) terus ditingkatkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Utara melalui kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Program TBC Tahun 2025. Pertemuan yang berlangsung selama dua hari, 6–7 September 2025 lalu, ini digelar di Aula Dinas Kesehatan Barito Utara dan melibatkan berbagai unsur tenaga kesehatan.

Kegiatan tersebut diikuti oleh para Kepala Bidang, Kasubbag Kepegawaian, Kasubbag Perencanaan dan Informasi Kesehatan (PIH), serta perwakilan dari seluruh Puskesmas dan RSUD se-Barito Utara.

Kepala Dinas Kesehatan Barito Utara, Pariadi AR, melalui Kepala Bidang PSDK, Yessi Aria Puspita, SKM, M.Kes, pada Rabu (1/10/2025) menegaskan bahwa Indonesia masih menjadi negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia.

“Setiap jam terdapat 14 kematian akibat TBC. Ini menunjukkan bahwa TBC masih menjadi ancaman besar bagi kesehatan kita. Karena itu, strategi penanganan harus diperkuat mulai dari fasilitas layanan kesehatan hingga dukungan lintas sektor,” ujar Yessi dalam sambutannya.

Yessi menjelaskan bahwa target nasional eliminasi TBC pada 2025 menuntut capaian 90 persen deteksi kasus, 100 persen inisiasi pengobatan, dan tingkat keberhasilan terapi di atas 80 persen. Ia menekankan perlunya kolaborasi antara tenaga kesehatan, masyarakat, dan komunitas untuk mewujudkan target tersebut.

“Komunitas sangat berperan dalam investigasi kontak, skrining kelompok berisiko, serta pendampingan selama pengobatan. Ini harus kita dorong bersama,” tambahnya.

Pada tahun 2025, Kabupaten Barito Utara mencatat 227 kasus TBC yang telah ditemukan dan menjalani pengobatan. Meski demikian, sejumlah hambatan masih ditemui, mulai dari investigasi kontak yang belum maksimal, rendahnya cakupan Terapi Pencegahan TBC (TPT), hingga keterlambatan pencatatan dan pelaporan.

“Masih ada selisih antara jumlah kasus yang ditemukan dengan pasien yang benar-benar memulai pengobatan. Karena itu, Monev ini penting untuk menggali akar masalah dan mencari langkah perbaikan di tingkat Puskesmas maupun RSUD,” jelasnya.

Yessi juga menyoroti rendahnya minat masyarakat menjalani terapi pencegahan meski memiliki riwayat kontak erat dengan penderita TBC. “Banyak yang merasa sehat sehingga menolak TPT. Edukasi dan promosi kesehatan harus terus digencarkan agar cakupan TPT meningkat,” katanya.

Melalui pertemuan tersebut, Dinkes Barito Utara berharap peserta dapat memperbaiki kualitas pelaporan dan pencatatan data, serta menyusun strategi penguatan program P2 TBC secara lebih efektif.

“Kami berharap seluruh peserta bisa aktif berdiskusi, menyampaikan kendala, dan berbagi inovasi dalam pelaksanaan program TBC,” tutup Yessi.(Wan)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال